19 November 2011

selingan (1)


Hoemar Tjokrodiatmo dan Avian Dewanto




Dua belas tahun tinggal di Jerman tak membuat Humar berbeda. Bahkan setelah ia pun berkeliling dunia bekerja di berbagai perusahaan di Eropa dan Amerika Serikat. Ia jalani itu berbekal ilmu arsitektur yang dipelajari selama menjadi mahasiswa di ITB dan Universitas Berlin. Humar adalah salah satu putra Indonesia terbaik yang mendapat bea siswa untuk menjadi doktor di Jerman pada tahun 70-an serombongan dengan Presiden BJ Habibie.


Apanya yang tak berubah? Humornya itu loh. Ini salah satunya.


Di Berlin ada sebuah sungai yang melintas di tengah kota. Sewaktu musim panas, banyak warga Jerman yang hanya memakai bikini dan sebagian di antaranya bahkan bertelanjang - tak memakai apa pun di badannya- menceburkan diri ke sungai itu. 


"Saya suka sekali menonton atraksi ini," cerita Humar. Begitu juga para pendatang dari luar Jerman, dari Turki dan lainnya. Mereka berjajar di pinggir sungai. Meski tak ada kursi di sana, namun hampir semua lelaki yang menonton atraksi ini tak ada yang berdiri. 


"Saya juga ikutan jongkok," cerita Humar. Tanpa ditanya alasan berjongkok, Humar pun melanjutkan ceritanya, "soalnya kalau menonton sambil berdiri kan ketahuan."
"Ketahuan gimana?" balasku, "wong, tempatnya terbuka bergitu?"
"Ketahuan kalau celana mengembang semuanya," jelas Humar.


Aku pun punya cerita lainnya. 


"Kalau pernah ke Klungkung, Bali, di sana ada sungai yang airnya jernih banget. Lokasinya eksotik banget. Kalau dari pinggir jalan raya, yang mau ke sana, jalan kaki menuruni lereng sekitar 100 meteran."


Di sungai itu, banyak sekali yang mandi baik lelaki maupun perempuan. Umumnya memang penduduk di situ. Namun ada juga orang luar desa itu. Tentu saja, yang macam ini tak mungkin saya lewatkan. "Eh, ternyata sama saja ya," jelasku, "nontonnya memang gak bisa berdiri. Harus jongkok."


"Tuh kan," balas Humar. 
"Tapi, setelah lima menit jongkok, saya gak tahan," kataku.
"Lantas?" Tanya Humar.
"Ya, ikutan nyeburlah," jelasku," sapa tau aja kan?"


Maka kami pun sepanjang menunggui pameran tertawa bersama. Memang indah sebuah persahabatan yang dibangun dari sebuah ketulusan. Dan, tentunya kami tak sekadar bertukar humor. Kami sungguh saling belajar -terutama saya. Belajar kepada seseorang yang sudah hidup lebih dulu di dunia ini.


Ada yang mau belajar nonton perempuan atau lelaki mandi? Wew.

.

18 November 2011

ikut pameran

Avian Dewanto dan Putri Indonesia dari Jakarta







Pameran dalam banyak hal sangat membantu memromosikan produk. Dan, pemerintah melalui perangkat kementrian maupun dinas di setiap provinsi dan kabupaten/kota membantu para pelaku UKM (Usaha Kecil dan Menengah) melalui keikutsertaan dalam kegiatan pameran baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Dan, meyakinkan pemerintah yang melakukan seleksi (pemilihan) atas UKM mana saja yan diikutsertakan adalam sebuah pameran, tentu saja tak mudah. Terutama karena soal kesiapan UKM itu sendiri dalam mengikuti pameran. Sebab, pemeritahuan keikutsertaan sebuah pameran dilakukan secara mendadak. Dan, UKM yang siap tidak akan mengatakan "Tidak. Karena bla bla bla."

 

Galeri Satu Cinta sedapat mungkin tak akan menolak "perintah" dari kementrian maupun dinas di provinsi dan kabupaten/kota. Sebab, pengelola yakin, pada akhirnya, keikutsertaan pameran membawa hasil -setidaknya pengalaman.

Meski tak semua karya dapat diikutkan -karena satu dan lain hal- tetap saja mengikuti pameran memberikan nuansa berbeda. Silakan hubungi kami Galeri Satu Cinta untuk memperoleh informasi mengenai keseluruhan produk kami.



Galeri Satu Cinta   
Kontak : Avian Dewanto
+62 21 92721799 

+62 81585522218
.

17 November 2011

avie dan humar

Sekitar September lalu, aku bertemu Humar. Sejak itu kami akrab. Kami berdua tak pernah bertanya soal kenapa kami bisa akrab atau malah banyak kesamaan. Salah satunya, kalau mau menyambangi rumah seseorang tak ujug-ujug namun bikin janji dulu. Kalau itu dilanggar, jangan salahkan siapa pun kalau pintu rumah tak dibukakan. Kami berdua tahu itu. Dan, saya langsung mengujinya dan tahu akibatnya. Ternyata untuk seorang teman kami berdua pun tak lulus uji. Humar membukakan pintu rumahnya untukku dan kami pun ngobrol meski sejenak.



Tadi siang, aku menelepon Humar.
"Mau ikutan pameran gak?"
"Pameran di mana?"
"Di JCC."
"Kok tiba-tiba," ujar Humar, lelaki yang telah berusia 80 tahun sebaya almarhum ayahku, "kalau di JCC kan pameran besar."
"Ya, memang pameran besar berkelas internasional pulak," jawabku, "jadi mau ikutan pameran gak? Pameran ini untuk mensukseskan Indonesia sebagai ketua ASEAN. Diikuti 300 peserta pilihan, 200 dari Indonesia, 100 sisanya dari 9 negara ASEAN."
"Ah, yang benar ah, masak pameran sebesar itu mendadak," ujar Pak Humar.
"Kalau mau ikutan pameran, temui saya setelah magrib di JCC," jawabku, "siapkan saja semua materi pameran. Dan, kalau beruntung nanti bisa dapat stan kosong."


Humar -yang anaknya seorang pebalet yang terkenal dari Indonesia yang pernah berkiprah di mancanegara, Linda Humar- pun datang bersama istri. Sementara aku sedang menata stan.

"Eh, istriku sampe gak percaya kalau ada pameran sebesar ini mendadak," ujar Humar begitu ketemu, "makanya sekarang dia ikut dan penasaran."
Ya, biar saja," jawabku, "sekarang Pak Humar ke Ruang Nuri yang ada di bawah. Terus temui Bu Eva dari kantor Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil. Biang saja dari saya. Kalau memang ada tempat yang masih kosong, bisa dipastikan Pak Humar yang akan mengisi."

Humar dan istri pun memenuhi anjuran saya. Selang setengah jam kemudian, dengan senyum lebarnya, Humar kembali menemui saya lagi yang masih menata stand. 


"Gimana?" Tanyaku. "Alhamdulillah," ujar Humar, "aku dapat stan." Kami berdua pun tersenyum lebar. Kami tertawa bersama di malam itu.




ASEAN EXPO 2011
18-20 November 2011 

Cendrawasih Room Jakarta Convention Centre
Booth No. 192.






Kenapa aku suka dengan Pak Humar?
Aku ingat sudah sejak aku berusia sekitar 14-15 tahun, aku selalu punya teman -dalam artian sebenarnya sebagaiman kita berteman dengan yang seusia- yang sangat jauh lebih tua. Bahkan temanku ada yang berusia di atas usia Ayahku. Aku cepat akrab dengan mereka yang berusia jauh di atasku dan bisa ngobrol seakan kami sebaya. Lata anak sekarang, obrolan kami nyambung.


Dan, satu lagi yang aku sukai, dalam usia 80 tahun itu, Pak Humar masih semangat berkarya. Sehari-hari, sebagai insinyur lulusan ITB dan serombongan BJ Habibie ketika mendapat bea siswa ke Jerman, Pak Humart masih memimpin usaha yang dibangunnya sejak muda -perusahaan perencana bangunan dan desain interior. Aku kerap terbersit keinginan, jika kelak di usia yang 80-an masih bisa berkarya macam Pak Humar, sungguh berbahagianya hidup di dunia ini.

Dan, boleh jadi yang membuat kami cepat akrab, kesukaan Pak Humar terjadap benda seni. Selain kami berdua punya tai lalat yang sama-sama nemplok di hidung. Sama banget letak dan besarnya. 


Duh. 

16 November 2011

kaos memorabilia





Keenan Nasution dan Kaos Kotak Humor



Kaos atau juga kerap disebut dalam bahasa asing T-Shirt bukan sekadar pelapis tubuh. Namun dalam perkembangannya sudah menjadi penanda -bahkan menjadi penanda budaya, penanda zaman. Penanda atau identitas itulah yang kini digunakan untuk membangun kebersamaan dalam artian positif. 

Anda baik sebagai orang per orang maupun kelompok -baik organisasi sosial maupun perusahaan memerlukan kaos sebagai sebuah bentuk penanda kebersamaan. Dari kaos itulah kemudian diharapkan terjalin keakraban.



Nah, Galeri Satu Cinta pun memberi pelayanan terbaik buat anda maupun organisasi dalam pengadaan kaos itu.


Kami memberikan pelayanan mulai dari desain sampai barang jadi. Atau, anda pun bisa mendapatkan desain kaos yang penuh humor.


Jika Anda menginginkan desain terbaik buat kaos yang anda maupun organisasi dan perusahaan Anda butuhkan, silakan hubungi kami :

Galeri Satu Cinta
Kontak : Avian Dewanto
+62 21 92721799
+62 81585522218



Sila tengok koleksi kami di kumpulan gambar berikut. Dan, klik di sini.

11 November 2011

Karikatur Digital



"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi," ujar Gus Dur menjawab pertanyaan sejumlah koleganya yang melihat beliau kerap menyambangi kuburan. 


Begitu juga ketika ia menanggapi soal jihad. "Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?" "Memangnya sudah ada yang membuktikan? Tentu saja belum kan. Ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga. Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit. Dan kalau pun masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan oleh polisi." 


Gus Dur memang akrab dengan segala bentuk humor. Kali ini Galeri Satu Cinta menyajikan karikatur bertemakan ucapan beliau yang sangat terkenal, "Gitu Aja Repot."


Anda pun bisa mendapatkan karikatur yang bermakna -baik untuk Anda sendiri, keluarga, maupun kolega Anda. Menghadiahi seseorang dengan karikatur dirinya bisa menjadi sebuah hadiah yang tak akan terlupakan. 


Jangan biarkan kenalan, teman, dan kolega tak mendapatkan kenang-kenagan yang luar biasa dari Anda. Karikatur ini dibuat secara digital dan dicetak di atas kanvas. Anda pun bisa meminta kami untuk membuatkan pigura yang baik dan pas untuk karakatur pesanan Anda itu.


Silakan hubungi kami, Galeri Satu Cinta
Contact Person : Avian Dewanto
+62 21 92721799
+62 81585522218




Memorabilia Jelly Tobing




Superkid : Jelly Tobing, Ikmal Tobing, Deddy Dores.


Jelly Tobing Drummer Sejuta Band


Deddy Stanzah, Jelly Tobing, Deddy Dores
Jelly Tobing nama terbilang legendaris di musik Indonesia -khususnya band cadas (rock band). Sejak tahun 60-an, tak kurang dari 30 band pernah ia awaki. Dengan band sebanyak itu Jelly tak hanya duduk di belakang set drum saja, nyanyi dan main gitar dijalani. Walau pada akhirnya ia lebih ngetop sebagai drummer.

Drummer rock sejati di Indonesia itu hanya dua. Pertama, Jelly Tobing, mantan drummer Lipstic, Superkid, dan Bharata. Dan kedua, Teddy Sujaya, mantan drummer Bentoel Band dan Godbless, Selebihnya, di antara puluhan drummer grup band yang mengklaim dirinya sendiri beraliran rock, belum ada yang benar-benar bisa menandingi dua nama lawas itu. 


Karikatur Jelly Tobing
oleh Suezyanto Wirjoatmodjo

Jelly, yang juga kenyang dalam pemanggungan itu mengisahkan, yang dibutuhkan untuk bertahan dalam industri musik itu, tidak sekedarskill dalam bermain musik. Tapi juga keluwesan dalam bersiasat dengan industri itu sendiri.

Mangaradja Jelly Jusuf Langitan Lumban Tobing alias Jelly Tobing, kelahiran Semarang, 20 Oktober 1950 itu, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengukuhkan sebuah nama menjadi ''sesuatu'' dalam sebuah bidang. ''Dan saya, telah melakukannya lebih dari tiga dekade, dalam industri musik rock,'' katanya. 






Anda ingin mendapatkan memorabilia dari Jelly Tobing, baik berupa karikatur yang dicetak di atas kanvas maupun gambar lainnya yang eksklusif, silakan hubungi kami :

Galeri Satu Cinta
Contact Person : Avian Dewanto
+62 21 92721799
+62 815 855 222 18



Catatan : Kami pun melayani pembuatan memorabilia yang secara khsusus didesain untuk Anda maupun Perusahaan atau Organisasi. Karikatur yang dicetak di atas kanvas maupun di atas kaos T-Shirt dapat menjadi hadiah yang paling TAK TERLUPAKAN buat siapa pun.
Berikan hadiah hanya yang terbaik untuk sodara, teman, dan kolega Anda


.




.

Dewi Sukarno




Pada 1962, Naoko Nemoto di usianya 19 tahun berangkat ke Jakarta untuk menjadi istri Presiden RI Sukarno. Ketika menikah itulah, Sukarno memberi nama Ratna Sari Dewi, tentu dengan embel-embel Sukarno di belakang namanya.

Sebelum ke Jakarta, Naoko seorang pegawai asuransi. Untuk menambah penghasilan, malamnya ia menjadi gadis penghibur di sebuah klub hiburan eksklusif buat kalangan VVIP. Di klub itulah, Naoko kabarnya bertemu Sukarno ketika Presiden RI itu melawat ke Tokyo, Jepang.







Dari Sukarno, Dewi Sukarno -begitu Naoko kemudian dipanggil, mendapatkan seorang anak perempuan yang dinamakan Kartika Sukarno. Tahun 1967 Sukarno mulai menjalani tahanan rumah di kediaman Dewi yang sekarang menjadi Museum Satria Mandala di Jalan Jenderal  Gatot Subroto m Jakarta Selatan, Dewi dan anaknya diungsikan sampai kemudian Sukarno meninggal pada 1970.



Sejak Sukarno meninggal, Dewi pun meninggalkan Indonesia bersama anak perempuannya, Kartika. Mereka tinggal di Paris dan New York sebelum akhirnya kembali ke Tokyo. Dewi menjalani kehidupan di kalangan jet set dunia.  "I was young, beautiful, I had a name, a certain wealth. People were so eager to invite me here and there."

Pada 1993,  ketika berusia 53 tahun, Dewi menerbitkan sebuah buku yang menggegerkan berbagai kalangan di Indonesia. Buku yang melecehkan kesopanan bangsa Asia dan menghina bangsa Indonesia. Sebab, di buku itu, Dewi difoto dalam keadaan tanpa busana. Buku itu secara resmi dilarang beredar di Indonesia.

Nah, tentu saja. buku tersebut menjadi incaran banyak kolektor. Anda ingin memiliki ataupun gendak menjualnya? Kami siap memberikan pelayanan terbaik untuk Anda.




Jika Anda ingin mendapatkan maupun menjual koleksi buku klasik tentang Dewi Sukarno, bisa hubungi kami. Begitu juga jika ingin mendapatkan maupun menjual lukisan dan gambar serupa lainnya. 


Kami menyediakan layanan ekslusif. Hanya untuk Anda.


Segera hubungi kami 
Contact Person : Avian Dewanto
+62 21 92721799
+62 815 855 222 18









Bahan Bacaan : Presidio Penthouse




10 November 2011

Pameran

.



Pameran "Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri" (P3DN) di Plaza Industri Lobby Gedung Kementrian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto 53-55, Jakarta Selatan, 27-30 September 2011.




Karakter huruf "FU"
Ada hal yang selalu menarik setiap kali mengikuti pameran. Misalkan ketika Galeri Satu Cinta mengikuti Pameran Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri yang diselenggarakan Direktorat Jenderal  IKM Kementrian Perindustrian di Plaza Industri Kementrian Perindustrian RI. 

Awalnya Galeri Satu Cinta hendak mengenalkan koleksi Galeri Satu Cinta yang berupa gambar yang cocok untuk menjadi pajangan rumah (home decorations) malah yang laku koleksi kaligrafi huruf Mandarin. Kadang memang sulit menebak kemauan konsumen. Namun membawa semua koleksi untuk dibawa ke sebuah pameran juga tak mudah. Apalagi jika menyangkut biaya dan risiko. 











Rupanya kepandaian membaca selera pasar memang memerlukan keterampilan khusus -apalagi jika sudah menyangkut soal selera yang memang beragam.

Mengikuti pameran selain bisa berpromosi juga bisa sebagai cara mengetahui selera pasar -terutama di sebuah tempat tertentu.


Jika Anda memerlukan aneka pernak-pernik hiasan rumah (home decorations) dan juga berbagai benda seni, segera hubungi kami untuk pelayanan terbaik.


Galeri Satu Cinta
Contact PersonAvian Dewanto
+62 21 92721799
+62 81585522218


.

09 November 2011

Nude Genres

The nude has become an enduring genre and theme of representational art, especially painting, sculpture and photography. It depicts people without clothes, usually with stylistic and staging conventions that distinguish the artistic elements (such as innocence, or similar theatrical/artistic elements) of being nude with the more provocative state of being naked. A nude figure is one, such as a goddess or a man in ancient Greece, for whom the lack of clothing is its usual condition, so that there is no sexual suggestiveness presumed. A naked figure is one, such as a contemporary prostitute or a businessman, who usually wears clothing, such that their lack of it in this scene implies sexual activity or suggestiveness (See also: nudity and sexuality). The latter were rare in European art from the Medieval period until the latter half of the 1800s; in the interim, a work featuring an unclothed woman would routinely identify her as "Venus" or another Greco-Roman goddess, to justify her nudity. There can be debate with regard to whether a figure in art is either nude or naked for example in some works of Francis Bacon.


From : Depictions of Nudity